Timnas Indonesia kembali mengalami penurunan dalam ranking FIFA terbaru usai menelan dua kekalahan di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Dalam pembaruan peringkat resmi yang dirilis FIFA pada Jumat (17/10/2025), Skuad Garuda harus rela turun tiga peringkat dan kini menempati posisi ke-122 dunia.
Posisi tersebut membuat Indonesia disalip oleh dua negara Asia lainnya, yakni Malaysia dan Korea Utara. Kondisi ini menjadi sorotan publik sepak bola nasional, terutama karena Malaysia — rival utama di kawasan Asia Tenggara — kini berhasil melangkahi Indonesia dalam daftar peringkat dunia.
Dua Kekalahan Timnas Indonesia yang Mengubah Segalanya
Turunnya peringkat Indonesia tak lepas dari hasil negatif di dua laga terakhir babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pasukan Garuda harus mengakui keunggulan Arab Saudi dengan skor 2-3 dan Irak dengan skor tipis 0-1. Dua kekalahan ini tidak hanya menggagalkan ambisi Indonesia melaju ke babak berikutnya, tetapi juga berdampak signifikan terhadap poin FIFA yang dimiliki.
Berdasarkan data resmi FIFA, Indonesia kehilangan 13,21 poin, sehingga kini total poin mereka menjadi 1.144,73. Sementara Malaysia yang sebelumnya berada di bawah Indonesia, berhasil mengumpulkan poin berharga lewat kemenangan besar atas Laos dalam Kualifikasi Piala Asia 2027, masing-masing dengan skor 5-1 dan 3-0.
Baca artikel lainnya : Andre Rosiade Bocorkan , Ada Pemain yang Minta Shin Tae-yong Out
Berkat dua hasil tersebut, Malaysia kini memiliki 1.161,53 poin, naik ke peringkat ke-118 dunia, empat tingkat di atas Indonesia. Adapun Korea Utara yang sebelumnya berada di bawah Indonesia, kini naik ke peringkat ke-120, menambah panjang daftar negara Asia yang berhasil menyalip Garuda.
Malaysia Melesat, Timnas Indonesia Merosot

Perbandingan performa kedua negara di tahun 2025 menjadi salah satu faktor penentu perbedaan peringkat ini. Malaysia tampil konsisten sepanjang tahun dengan sejumlah kemenangan di ajang resmi maupun uji coba, sementara Indonesia justru terseok-seok menghadapi lawan-lawan kuat di zona Asia Barat.
Kemenangan besar Malaysia atas Laos bukan hanya memberi tambahan poin signifikan, tetapi juga meningkatkan moral tim jelang ajang internasional berikutnya. Di sisi lain, Indonesia masih kesulitan menemukan konsistensi permainan pasca pergantian pelatih dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert, yang kini juga telah resmi diberhentikan PSSI setelah kegagalan di ronde keempat kualifikasi.
Penurunan peringkat ini sekaligus menandai performa kurang stabil tim nasional dalam dua tahun terakhir. Setelah sempat menembus posisi 119 dunia pada pertengahan 2025 — rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir — kini Indonesia kembali terlempar dari daftar 120 besar dunia.
Asia Masih Dikuasai Jepang dan Iran
Sementara di tingkat Asia, Jepang masih menjadi tim dengan peringkat tertinggi, berada di posisi ke-19 dunia. Negeri Matahari Terbit itu baru saja mencatat kemenangan impresif 3-2 atas Brasil dalam laga uji coba internasional, menegaskan dominasinya di kawasan Asia.
Di bawah Jepang, ada Iran di posisi ke-21, Korea Selatan di posisi ke-22, Australia di posisi ke-25, dan Qatar di posisi ke-52. Menariknya, dua lawan Indonesia di ronde keempat, yakni Irak (57) dan Arab Saudi (58), juga mengalami peningkatan peringkat berkat hasil positif di babak kualifikasi.
Secara keseluruhan, berikut daftar terbaru peringkat negara-negara Asia di ranking FIFA per Oktober 2025:
- Jepang (19)
- Iran (21)
- Korea Selatan (22)
- Australia (25)
- Qatar (52)
- Irak (57)
- Arab Saudi (58)
- Malaysia (118)
- Korea Utara (120)
- Indonesia (122)
Evaluasi Besar Diperlukan PSSI
Turunnya ranking Timnas Indonesia kembali memunculkan desakan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja tim dan federasi. Banyak pihak menilai PSSI perlu melakukan langkah konkret untuk membenahi sistem pembinaan, regenerasi pemain, hingga strategi kompetisi domestik yang berpengaruh langsung terhadap performa tim nasional.
Sementara itu, sejumlah pengamat menilai bahwa peringkat FIFA seharusnya dijadikan cermin untuk memperbaiki kualitas sepak bola nasional secara menyeluruh. “Ranking memang bukan segalanya, tetapi menjadi indikator kemajuan. Jika terus menurun, berarti ada yang harus dibenahi,” ujar salah satu analis sepak bola nasional.






