
Isu Boikot dari Spanyol Muncul di Tengah Ketegangan Politik
Tensi politik dunia kembali merembet ke ranah olahraga. Spanyol dilaporkan tengah mempertimbangkan langkah tegas untuk memboikot Piala Dunia 2026 apabila Timnas Israel berhasil lolos ke ajang tersebut. Wacana ini mencuat seiring meningkatnya kritik terhadap tindakan militer Israel terhadap Palestina, yang menimbulkan kecaman dari berbagai kalangan di Eropa.
Informasi mengenai rencana boikot ini disampaikan oleh juru bicara Partai Pekerja Sosialis Spanyol (PSOE), Patxi Lopez, dalam pernyataan resmi yang dikutip sejumlah media di Spanyol. Lopez menegaskan bahwa negaranya tidak bisa tinggal diam melihat berbagai pelanggaran kemanusiaan yang terus terjadi di Palestina.
“Yang kami inginkan adalah agar dunia sadar bahwa jika tim-tim Israel tetap diizinkan ambil bagian dalam acara olahraga internasional, itu akan menjadi bentuk pembiaran atas pelanggaran kemanusiaan,” ujar Lopez.
Ia menambahkan bahwa masyarakat Spanyol telah menunjukkan solidaritas yang kuat terhadap rakyat Palestina, sehingga tidak mungkin pemerintah Spanyol menutup mata terhadap situasi tersebut.
“Mata kami terbuka lebar dan tidak menoleransi apa yang kami lihat, itulah sebabnya kami tidak bisa dan tidak akan tinggal diam,” sambungnya.
Baca Artikel Lainnya : Cetak Dua Gol Marcus Thuram Pecundangi Ajax di Kandang Sendiri
Posisi Timnas Israel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Sementara itu, Timnas Israel saat ini sedang mengikuti babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa. Mereka tergabung di Grup I bersama Norwegia, Italia, Estonia, dan Moldova.
Dari lima pertandingan yang telah dimainkan, Israel mencatat tiga kemenangan dan dua kekalahan. Hasil ini menempatkan mereka di posisi ketiga klasemen sementara grup, bersaing ketat dengan Norwegia dan Italia. Masih ada lima laga tersisa yang akan menentukan peluang Israel untuk lolos ke Piala Dunia.
Menurut format, tim yang finis sebagai juara grup akan langsung melaju ke putaran final, sementara tim peringkat kedua masih harus menjalani babak playoff. Artinya, peluang Israel untuk tampil di Piala Dunia 2026 tetap terbuka lebar, dan hal inilah yang memicu kekhawatiran sejumlah pihak di Spanyol.
Dukungan Politik Spanyol untuk Palestina
Spanyol selama ini dikenal sebagai salah satu negara di Eropa yang cukup vokal dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. Sejumlah pejabat tinggi pemerintah secara terbuka mengutuk tindakan militer Israel yang dianggap menargetkan warga sipil dan infrastruktur kemanusiaan.
Wakil Perdana Menteri Spanyol, Yolanda Díaz, bahkan sebelumnya telah menyuarakan perlunya langkah tegas terhadap Israel, termasuk dengan mengecualikan negara tersebut dari seluruh ajang olahraga dan budaya internasional.
“Israel seharusnya tidak diperbolehkan berkompetisi dalam ajang apa pun jika terus melakukan tindakan genosida dan pelanggaran hukum internasional,” tegas Yolanda.
Pernyataan ini memperkuat sinyal bahwa rencana boikot bukan sekadar retorika, melainkan bisa menjadi kebijakan resmi apabila situasi politik dan kemanusiaan tidak mengalami perubahan signifikan.
Kontroversi di Ajang La Vuelta a España
Sentimen anti-Israel juga mulai terlihat dalam ajang olahraga lain di Spanyol. Salah satunya terjadi pada La Vuelta a España 2025, salah satu kompetisi balap sepeda paling bergengsi di dunia.
Partisipasi tim asal Israel, Israel-Premier Tech, menuai kritik luas dari masyarakat Spanyol. Banyak kelompok masyarakat sipil dan aktivis pro-Palestina mengecam penyelenggara La Vuelta karena dianggap menormalisasi keberadaan Israel dalam ajang olahraga, meskipun negara tersebut sedang menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
Protes ini bahkan sempat mewarnai sejumlah etape balapan, dengan munculnya spanduk-spanduk bertuliskan dukungan untuk Palestina dan tuntutan agar Israel dilarang ikut serta.
Dilema Dunia Olahraga di Tengah Konflik Politik
Ancaman boikot dari Spanyol memunculkan kembali perdebatan klasik mengenai hubungan antara olahraga dan politik. Secara prinsip, olahraga sering dipandang sebagai arena netral yang seharusnya tidak terlibat dalam konflik geopolitik. Namun, dalam praktiknya, olahraga kerap menjadi panggung simbolik untuk menyuarakan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.
Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah menyaksikan sejumlah boikot olahraga terkait konflik politik, seperti boikot Olimpiade 1980 oleh negara-negara Barat sebagai protes atas invasi Uni Soviet ke Afghanistan. Langkah yang kini dipertimbangkan Spanyol menunjukkan bahwa praktik semacam itu masih mungkin terjadi di era modern.
Jika benar-benar dilakukan, boikot Spanyol terhadap Piala Dunia 2026 akan menjadi salah satu sikap politik paling tegas yang pernah diambil oleh negara Eropa terhadap Israel di ranah olahraga. Hal ini juga dapat memicu reaksi berantai dari negara-negara lain yang memiliki pandangan serupa, serta menimbulkan dilema bagi badan sepak bola dunia FIFA selaku penyelenggara.
Menanti Keputusan Final dari Pemerintah Spanyol
Hingga saat ini, pemerintah Spanyol belum mengeluarkan keputusan resmi mengenai boikot tersebut. Namun, tekanan dari partai politik, kelompok masyarakat sipil, dan opini publik di dalam negeri terus meningkat.
Keputusan akhir kemungkinan akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan situasi di Palestina dan langkah-langkah diplomatik yang diambil oleh komunitas internasional terhadap Israel dalam beberapa bulan ke depan.
Bagi Spanyol, keputusan ini bukan sekadar tentang olahraga, tetapi juga menyangkut konsistensi sikap politik luar negeri dan tanggung jawab moral terhadap isu kemanusiaan. Sementara bagi dunia sepak bola, isu ini menjadi pengingat bahwa olahraga tidak sepenuhnya bisa dipisahkan dari dinamika sosial-politik global.