
Karier Evan Dimas yang Pernah Bersinar di Timnas Indonesia
Nama Evan Dimas sudah tidak asing lagi bagi penggemar sepak bola nasional. Pemain kelahiran Surabaya, 13 Maret 1995, ini pernah digadang-gadang sebagai gelandang masa depan Timnas Indonesia. Kemampuannya dalam membaca permainan, distribusi bola yang akurat, dan visi lapangan yang matang membuat Evan menjadi sosok penting di berbagai kelompok usia tim nasional, mulai dari U-19 hingga senior.
Puncak sorotan kariernya terjadi pada 2013, saat ia menjadi bagian dari Timnas U-19 yang menjuarai Piala AFF U-19 di bawah asuhan Indra Sjafri. Kala itu, Evan tampil sebagai kapten dan motor permainan. Dari sana, kariernya melesat dengan memperkuat klub besar seperti Bhayangkara FC, Arema FC, hingga Persija Jakarta.
Vakum dari Liga Indonesia pada Usia Emas
Meski sempat mencapai masa keemasan, karier Evan Dimas mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada musim 2022/2023, ia masih bermain reguler bersama Arema FC, namun jumlah menit bermain mulai berkurang. Saat dipinjamkan ke PSIS Semarang, ia hanya tampil delapan kali.
Musim berikutnya, Evan mencoba peruntungan di Persik Kediri, tetapi hanya sekali turun ke lapangan. Sejak saat itu, kariernya mandek. Memasuki usia 30 tahun, yang sejatinya masih produktif bagi seorang gelandang, Evan justru memilih vakum dari kompetisi profesional.
Kini, ia lebih sering terlihat bermain dalam pertandingan-pertandingan antar kampung (tarkam), sesuatu yang jauh berbeda dengan statusnya beberapa tahun lalu sebagai bintang Timnas Indonesia.
baca artikel lainnya : Calvin Verdonk Tampil Full di Debut Liga Europa Bersama Lille
Menanggapi Kritik Warganet dengan Santai
Vakumnya Evan dari sepak bola profesional tentu menimbulkan berbagai reaksi, terutama dari warganet. Banyak yang mencibir keputusannya karena dianggap menyia-nyiakan bakat besar yang dimilikinya.
Namun, Evan Dimas menanggapi cibiran tersebut dengan santai. Dalam sebuah wawancara, ia menyebut komentar netizen justru menjadi motivasi untuk dirinya.
“Kalau saya wajar saja ya, banyak orang berpendapat, itu bebas. Ya saya senang saja lihat komentar, ada komentar seperti ini, seperti ini, itu bagi saya motivasi,” ujar Evan.
Bagi Evan, setiap kritik dapat menjadi bahan refleksi untuk memperbaiki diri. Ia bahkan menilai bahwa makna “generasi emas” tidak semata diukur dari prestasi di lapangan, tetapi juga bagaimana seseorang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
Harapan untuk Kembali dan Fokus pada Ilmu Kepelatihan

Meski saat ini vakum, Evan menegaskan dirinya belum sepenuhnya menutup pintu untuk kembali ke lapangan hijau. Ia masih memiliki naluri bermain, namun memilih untuk lebih fokus terlebih dahulu pada pengembangan diri.
“Keinginan untuk bermain sebenarnya masih ada sih, masih ada. Naluri saya, cuma saya harus fokus dulu. Fokus artinya apa? Saya ingin benar-benar menimba ilmu, tentang kepelatihan juga, karena menurut saya membagikan ilmu generasi muda tidak bisa sembarangan,” ungkap Evan.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa meski kariernya di level kompetitif tengah terhenti, Evan masih memiliki keinginan untuk berkontribusi pada dunia sepak bola, baik sebagai pemain maupun calon pelatih di masa depan.
Peluang Evan Dimas Bangkit dengan Dukungan Sport Science
Dalam sepak bola modern, usia bukan lagi satu-satunya penentu keberhasilan karier. Banyak pemain yang mampu mempertahankan performa hingga usia 35 tahun atau lebih berkat dukungan sport science, pola latihan terukur, serta gaya hidup yang profesional.
Bagi Evan Dimas, peluang untuk bangkit masih terbuka. Dengan disiplin berlatih dan motivasi yang kuat, ia bisa kembali merintis karier, entah di Liga 1 maupun kompetisi lain di Asia Tenggara. Jika pun tidak kembali sebagai pemain, ilmu yang ia pelajari dalam bidang kepelatihan bisa menjadi warisan penting bagi generasi muda Indonesia.