Shin Tae-yong Buka Suara Usai Didepak dari Ulsan HD
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, kembali menjadi sorotan publik sepak bola Asia setelah berbicara terbuka mengenai pengalamannya selama melatih di Indonesia dan Korea Selatan. Pelatih berusia 54 tahun itu baru saja dipecat oleh klub Ulsan HD, hanya dua bulan setelah resmi ditunjuk pada Agustus 2025.
Performa Ulsan di bawah asuhan Shin Tae-yong memang tidak memuaskan. Dari sepuluh pertandingan yang dijalani, Ulsan hanya mencatat dua kemenangan, empat hasil imbang, dan empat kekalahan. Kekalahan terakhir yang cukup mencolok adalah ketika mereka tumbang 0-4 dari Gimcheon Sangmu, hasil yang membuat manajemen klub mengambil keputusan tegas untuk memecatnya.
Namun, Shin Tae-yong menegaskan bahwa pemecatannya bukan semata karena faktor teknis. Dalam wawancara eksklusif bersama media Korea Selatan, KBS, ia mengungkapkan adanya kesalahpahaman mengenai gaya kepemimpinan dan filosofi melatih yang selama ini ia terapkan, baik di klub maupun saat menukangi Timnas Indonesia.
Shin Tae-yong Bantah Tuduhan Kekerasan kepada Pemain

Sejumlah media lokal Korea sempat menuding bahwa salah satu alasan pemecatan Shin Tae-yong adalah karena gaya komunikasinya yang dianggap keras, bahkan disebut melakukan kekerasan verbal dan fisik terhadap pemain. Isu itu segera dibantah oleh sang pelatih.
Menurut Shin Tae-yong, tuduhan tersebut sama sekali tidak benar. Ia menegaskan bahwa sejak awal karier kepelatihannya, dirinya selalu menjunjung tinggi hubungan profesional dan saling menghormati dengan para pemain.
“Filosofi sepak bola saya adalah, saya tidak boleh menyumpahi atau melukai para pemain. Orang-orang menyebut saya punya ‘kepemimpinan seorang abang’. Bahkan di Indonesia, saya sering bercanda dengan para pemain meskipun tidak mengerti bahasa mereka. Dari situ saya menjadi dekat dengan mereka,” ujar Shin Tae-yong dalam wawancara tersebut.
Shin menambahkan, pendekatan yang ia terapkan di ruang ganti selalu berfokus pada membangun kedekatan emosional dan rasa saling percaya. Ia percaya bahwa kedisiplinan tak harus dibangun dengan ketakutan, melainkan melalui contoh dan hubungan positif antara pelatih dan pemain.
Sindiran untuk Kritikus: “Mereka Remehkan Pengalaman Saya di Indonesia”
Dalam kesempatan yang sama, Shin Tae-yong juga menyinggung kritik pedas yang ia terima, baik dari media maupun dari kalangan sepak bola di negaranya sendiri. Ia menyebut banyak pihak yang meremehkan pengalaman dan pencapaiannya selama melatih Timnas Indonesia.
Menurutnya, kritik yang menyebut taktiknya gagal di K-League adalah pandangan yang tidak memahami realitas sebenarnya. Shin menegaskan, masalah yang dihadapinya di Ulsan HD lebih bersifat internal ketimbang taktis.
“Saya pikir kegagalan saya disebabkan oleh kurangnya pemahaman saya terhadap urusan internal klub. Namun, saya 100 persen tidak setuju dengan kritik yang mengatakan taktik saya tidak cocok di K-League,” tegasnya.
Pelatih yang sempat membawa Korea Selatan ke Piala Dunia 2018 itu juga menyoroti pandangan meremehkan terhadap kiprahnya di Indonesia.
“Orang-orang terus meremehkan pengalaman saya di Indonesia. Tapi bagaimana mungkin tim peringkat 127 FIFA bisa mengalahkan Arab Saudi atau bermain imbang dengan Australia? Itu omong kosong,” ujarnya dengan nada kesal.
Sindiran Halus ke PSSI: “Saya Tidak Pernah Dihargai Sepenuhnya”
Pernyataan Shin Tae-yong juga dianggap sebagai sindiran halus kepada pihak PSSI yang sempat memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya pada awal 2025. Meski sempat membawa Timnas Indonesia melaju ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 — pencapaian tertinggi Garuda sepanjang sejarah — posisinya tetap tidak diamankan untuk jangka panjang.
Sumber dekat mantan pelatih tersebut menyebut bahwa STY merasa sebagian petinggi PSSI tidak benar-benar menghargai pengalaman dan kontribusinya. Meski sudah berhasil mengangkat level permainan tim nasional serta meningkatkan peringkat FIFA secara signifikan, ia masih dianggap “kurang cocok” untuk melanjutkan proyek jangka panjang.
baca artikel lainnya : Justin Hubner Minta Timnas Indonesia Fokus ke Turnamen Lainnya
Shin Tae-yong sendiri tidak secara langsung menyebut nama PSSI dalam wawancaranya, namun ucapannya yang menyinggung pihak yang “meremehkan pengalaman saya di Indonesia” diyakini mengarah ke federasi sepak bola Tanah Air.
Bukti Kemajuan Era Shin Tae-yong di Timnas Indonesia
Terlepas dari berbagai kontroversi, tak bisa dipungkiri bahwa masa kepemimpinan Shin Tae-yong meninggalkan warisan besar bagi sepak bola Indonesia. Di bawah arahannya, Indonesia tampil lebih terorganisir, disiplin, dan berani menghadapi tim-tim besar Asia.
Ia juga berperan penting dalam regenerasi skuad Garuda, memberi kesempatan kepada pemain muda seperti Marselino Ferdinan, Elkan Baggott, Rafael Struick, dan Pratama Arhan untuk berkembang di level internasional. Hasilnya, Timnas Indonesia mampu menembus putaran keempat kualifikasi Piala Dunia, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Lebih dari itu, STY berhasil menanamkan mental kompetitif di tubuh tim nasional. Ia selalu menuntut profesionalisme dan mental juara, bahkan ketika menghadapi lawan dengan peringkat jauh di atas Indonesia.






